Thursday, March 24, 2011

Kampus Baca - Makalah Sosiologi Pendidikan

Pengaruh Pendidikan Terhadap Status Sosial Individu dalam Suatu Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalamupaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan menurut Nasution (1994) adalah kerjasama antar manusia dalam sekolah.
Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di sekolah. Kamanto Sunarto (2004) menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan kerjasama antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui tempaan pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah yang timbul dalam kerjasama antar kelompok. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana pendidikan dan kerjasama antar kelompok itu sebenarnya. Mencakup jenis-jenis kelompok sosial, struktur dan masalah sekolah sebagai kelompok sosial, dan hal-hal lain yang relevan dengan pokok masalah di atas.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata kuliah Sosiologi Pendidian, juga untuk mengetahui:
1. Pengertian pendidikan
2. Pengertian kelompok
3. Kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat
4. Pengaruh pendidikan terhadap status sosial individu dalam suatu kelompok
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Hasbullah (2007:2) menyebutkan beberapa pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:
1.    Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yangdiberikan anak kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2.  John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
3. J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberikan perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
4. Driyakara
Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
5. Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama.

6. Ki Hajar Dewantara
Pendidkan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun masksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
7. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidian adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
9. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,keterampilan,kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari beberapa defenisi pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam memanusiakan manusia.

B. Pengertian Kelompok
Secara sosiologis, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai kerjasama dan berinteraksi, di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Beberapa defenisi kelompok:
1. Joseph S. Roucek.
Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interasi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
2. Mayor Polak
Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara kerjasama satu sama lain dan kerjasama itu bersifat sebagai sebuah struktur.
3. Wila Huky
Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
C. Kelompok-Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional yang terbentuk.
Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya jumlah anggota kelompok.
 Abdul Syani (2007:105) membagi kelompok sosial menjadi kelompok kekerabatan, kelompok primer dan kelompok sekunder, gemeinschaft dan gessellschaft, kelompok formal dan nonformal, dan membership group, dan reference group.
Kamanto Sunarto (2004:137) secara ringkas menyebutkan berbagai klasifikasi kelompok sosial dari beberapa pakar. Biersted membedakan empat jenis kelompok sosial berdasarkan ada tidaknya organisasi, kerjasama social di antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis; yaitu kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.
Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peran. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial.
Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang sangat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian.

D. Pengaruh Pendidikan Terhadap Status Sosial Individu dalam Suatu
Kelompok.
Status dalam bahasa indonesia sama artinya dengan “posisi” atau “kedudukan”. Tetapi maknanya jelas berbeda. Status berkerjasama dengan stratifikasi sosial, sedangkan posisi berkerjasama dengan situasi (tempat, situasi lain, dan situasi diri sendiri). Menurut Raphh Linton (dalam Ary Gunawan, 2000:42) kemungkinan seseorang dalam memperoleh status ada dua macam:
1. Ascribed status, ialah status yang diperoleh dengan sendirinya oleh seorang anggota masyarakat. Misanya dalam sistem kasta, seorang anak sudra, langsung saja sejak lahir ia berstatus sudra. Seorang anak raja langsung menjadi bangsawan.
2. Achieved status ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan dengan usaha yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan S1, magister untuk lulusan S2, dan doktor untuk lulusan S3, dan seterusnya.
Selanjutnya Mayor Polak menyataan bahwa status ialah kedudukan social seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Status mempunyai dua aspek:
1. Aspek stabil (structural), yakni yang bersifat hirarki (berjenjang) yang mengandung perbandingan tinggi/rendah secara relatif terhadap statusstatus lain.
2. Aspek dinamis (fungsional), yakni peranan sosial yang berkaitan dengan sosial yang berkaitan dengan suatu status tertentu, yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status tertentu.
.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam memanusiakan manusia.
2. Kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
3. Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya jumlah anggota kelompok.
4. Status ialah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial, jadi pendidikan dapat menentukan status seorang individu dalam suatu kelompok. Dimana status individu dalam suatu kelompok tergantug sejauh mana kearifan dan kedalaman individu tersebut memaknai keilmuannya.

B. Saran
Hendaknya masyarakat dan pemerintah mengupayakan pendidikan dalam mengatasi masalah yang timbul dalam kerjasama antar kelompok di  sekolah adalah dengan cara : Pemberian informasi, diskusi kelompok, kerjasama pribadi, dan sebagainya. Memberikan informasi tentangsumbangan minoritas kepada kelompok. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan kerjasama atau pergaulan antara siswa. Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. dan menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler


DAFTAR PUSTAKA

H. Guawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai
problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi –Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tirtarahardja, Umar, & La Sulo,S.L.. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.

Thursday, March 3, 2011

Indonesian Government's Efforts in Reducing Poverty

One of the fundamental problems in the social and economy of Indonesia is facing the problem of poverty that continues to hit this country. Poverty is a economic and social phenomena are complex, diverse and dynamic. Every person, people, statesmen, professional, expert and scientific disciplines tend to view the problem of poverty from different perspectives. As a result, definitions of poverty have always evolved over time. And poverty in this country has become a symbol of real social and insoluble. Since the colonial period until today. Poverty seemed difficult to escape the nation's abundant natural wealth potential and even the very famous. Sad story of poverty as if more fully with the occurrence of various natural calamities and man-made disasters: earthquakes, tsunamis, Lapindo hot mud, and forest fires that followed smog. Poverty in this country were increasingly spread like a malignant virus, which attacks ranging from rural communities, urban, unemployment up to fishermen
Prior to 1993, the New Order government, when it was experiencing the euphoria of debt-based economic progress, always trying to highlight the outcome - the result of development. At that time the New Order government was successful in establishing economic structures that visually appear grand, solid, beautiful, but actually very porous. New Order era, the government mobilize various means and ways to overcome poverty. Physical development continues to be done in various fields, the focus of attention of economic growth, foreign investment is encouraged, various types of loan scheme small investment and working capital loans held, and even foreign debt was taken as alternatives to support the idea of progress is called development. Yet all that come falling out swept the global economic and political crisis that accompanied the fall of the New Order government in 1998. Although the government continues to change, poverty still continues to be a virus that attacks the life of the people in this country.
Both these approaches have some inherent weakness, :
1. Not open opportunities for the voice and aspirations of the poor.
2. Implementation technique of poverty reduction is still less than optimal. This means that poor people become the object of a project activity that is actually only able to answer the problem in the short term.
3. It has no sensitivity to the diversity of the region or sector context
4. Poor people only made the object of political interest
5. Do not touch the root of the problem of poverty.